.


Kamis, 17 Februari 2011

Khaif (Orang yang takut kepada Allah)

Khouf adalah cambuk Alloh swt untuk menggiring hamba-hambaNya menuju ilmu dan amal agar mereka mendapatkan kedekatan dengan
Alloh swt. Khouf inilah yang mencegah diri dari perbuatan maksiat dan
mengikatnya dengan bentuk-bentuk ketaatan.

Kekurangan khouf akan mengakibatkan kealpaan dan keberanian untuk berbuat
dosa. Sebaliknya terlalu berlebihan dalam khouf akan menyebabkan putus asa
-putus harapan.

Khouf kepada Alloh swt bisa lahir dari ma’rifah kepada Alloh swt dan ma’rifah
kepada sifat-sifatNya. Khouf bisa juga lahir dari perasan banyaknya dosa yang
telah diperbuat oleh seorang hamba. Juga terkadang khouf lahir dari
keduanya.
As-Sya’biy perbah diseru “Hai alim (orang yang berilmu)!”, beliau berkata,
“Sesungguhnya yang alim itu hanyalah yang takut kepada Alloh. Hal itu karena
Alloh berfirman,”Hanyasanya yang takut kepada Alloh di antara hamba-hambaNya
adalah para ulama”. (QS : Fathir : 28)

Orang yang takut kepada Alloh swt bukanlah orang yang menangis dan bercucuran
air matanya. Tetapi ia adalah orang yang meninggalkan perbuatan-perbuatan yang
ia khawatirkan hukumannya.

Dzun Nun al-Mishriy pernah ditanya, “Kapankah seorang hamba itu takut kepada
Alloh?” Ia menjawab, “Jika ia mendudukkan dirinya sebagai orang sakit yang
menahan didi(dari berbagai hal ) khawatir jika sakitnya berkepanjangan.”

Abul Qasim al-Hakim bertutur, “Siapa yang takut terhadap sesuatu ia akan lari
darinya. Tetapi siapa yang takut kepada Alloh ia justru lari untuk
mendekatinya.”

Fudlail bin ‘Iyadl berujar,”Jika kamu ditanya, ‘Apakah kamu takut kepada
Alloh?’, maka diamlah, jangan menjawab! Sebab jika kamu jawab ‘ya’, kamu telah
berdusta. Sedangkan jika kamu jawab ‘tidak’, maka kamu telah kafir!!!”

Khauf akan membakar syahwat yang diharankan, sehingga kemaksiatan yang dulu
disukai menjadi di benci. Seperti madu, orang yang suka pun menjadi tidak suka
jika tahu madu itu mengandung racun. Syahwat terbakar oleh khauf. Anggota badan
pun jadi beradab. Dan hati pun diliputi rasa khusyu’ dan tenang, jauh dari
kesombongan, iri, dan dengki. Bahkan ia mampunmenguasi segala kegundahan dan
tahu bahayanya. Maka ia tidak pernah pindah kepada selainNya. Tiada lagi
keibukannya selain usaha mendekatkan diri , muhasabah, mujahadah, dan
memperhitungkan setiap desah nafas dan waktunya.

Ia selalu waspada terhadap segala pikiran, langkah, dan kalimat yang keluar
dari dirinya. Keadaannya seperti dalam cengkeraman binatang buas. Ia tidak tahu
apakah binatang itu lengah sehingga ia bisa melepaskan diri, atau sebaliknya ia
justru menerkamnya maka hancurlah ia. Lahir dan batinnya disibukkan oleh sesuatu
yang ia takutkan, tidak ada tempat bagi yang lain disana. Beginilah keadaan
orang yang diliputi khauf

KEUTAMAAN KHAUF

Alloh swt menyediakan petunjuk, rahmat, ilmu, dan keridhoan bagi hamba yang
khauf kepadaNya. Alloh berfirman, “petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
takut kepada Rabb mereka (QS. Al-A’raf : 156)

“Alloh ridla terhadap mereka dan mereka pun ridla kepadaNya. Demikian itu
bagi siapa saja yang takut kepada RabbNya (QS. Al-Bayyinah:8)

Alloh memerintahkan khauf , dan menjadikannya syarat iman. “Dan takutlah
kalian kepadaKu, jika kalian benar-benar beriman.! (QS. Ali Imran: 175).

Yahya bin Mu’adz berkata, “Jika seorang mukmin melakukan suatu kemaksiatan,
ia pasti menindaklanjutinya dengan salah satu dari dua hal yang akan
menghantarkannya ke surga; takut akan siksa dan harapan akan ampunan.”

DALIL-DALIL TENTANG KHAUF

Alloh berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut
kepada Robb mereka. Dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Rabb mereka.
Dan orang-orang yang tidak menyekutukan Rabb mereka (sesuatu pun). Dan
orang-orang yang telah memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati
yang takut,(karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada
Rabb mereka. Mereka itulah orang-orang yang bersegera untuk berbuat kebaikan,
dan merekalah orang-orang yang pertama-tama memperolehnya.”

Imam Tirmidziy meriwayatkan, Aisyah berkata,” Aku pernah bertanya kepada
Rasulullah tentang ayat ini, apakah yang dimaksud disini orang-orang yangmeminum
arak, berzina dan mencuri?” Rasululloh saw menjawab, “Bukan begitu, wahai puti
as-Shiddiq. Tetapi mereka orang-orang yang berpuasa, sholat, dan bersedekah.
Mereka takut jika amalannya tidak diterima. Merekalah yang bersegera dalam
kebaikan.”

(Hadits shohih riwayat at-Tirmidiy Kitaabut-tafsir IX/19, al-Hakim at-Tafsir
II/393 menyatakannya shohih dan disepakati oleh adz-Dzahabiy).

Abdullah bin as-Syikhiir meriwayatkan bahwa Rasulullah saw jika memulai
sholat terdenagrlah dari dada beliau gemuruh seperti suara air yang mendidih
dalam bejana.

Siapapun yang mencermati kehidupan para sahabat dan para salafus-sholih pasti
akan mendapati betapa mereka berada di puncak khauf. Adapun kita, semuanya
benar-benar lalai, alpa, dan merasa aman dari adzab.

Abu Bakr as-Shiddieq berkata, “Duhai, seandainya aku adalah sehelai rambut
yang tumbuh di tubuh seorang mukmin.” Adalah beliau bila berdiri sholat, tak
ubahnya seperti sebatang kayu (tidak bergerak) karena takut kepada Alloh
swt.

Umar bin Khatthab pernah membaca surat at-Thuur. Ketika sampai pada
ayat:”Sungguh, adzab Rabbmu pasti benar-benar terjadi. (QS Ath-Thuur : 7)

Beliau menangis dan semakin menghebat tangis beliau sampai beliau sakit, dan
orang-orang pun menjenguk beliau.

Adalah padawajah beliau ada dua gais hitam lantaran banyak menangis.
Kepadanya Abdullah bin ‘Abbas pernah berkata, “ Alloh telah meramaikan berbagai
kota dan membukakan berbagai negri dengan tanganmu.” Mendengar itu Umar berkata,
“Aku ingin kalau bisa meninggalkan dunia ini tanpa pahala dan tanpa dosa.”

Suatu pagi, seusai melaksanakan sholat shubuh, dengan bermuran durja dan
membolak-balikkan telapak tangannya, ‘Ali bin Abu Thalib berkata, “Sungguh aku
pernah melihat para sahabat Nabi. Pada hari ini aku tidak melihat sesuatu pun
yang nenyerupai mereka. Di pagi hari mereka nampak kusut, pucat dan berdebu. Di
antara dua mata mereka seperti ada lutut kambing. Mereka menghabiskan malam
dengan bersujud dab berdiri membaca ayat-ayat Alloh swt. Gerakan mereka hanyalah
antara kening dan kaki. Bila pagi tiba mereka pun berdzikir kepada alloh swt,
bergemuruh seperti pepohonan tertiup angin yang kencang. Mata mereka bercucuran
air mata sampai-samaoai pakaian mereka basah karenanya. Demi alloh hari-hari ini
sepertinya aku menghabiskan malam bersama kaum ini dalam keadaanlalai.” Lantas
beliau berdiri dan sejak itu beliau tidak pernah kelihata tertawa sampai dibunuh
oleh Ibnu Muljam.

Musa bin Mas’ud berkisah, Kla kami bermajlis dengan Sufyan ats-Tsauriy,
seakan-akan neraka ada di sekitar kami. Yang demikian itu karena kami melihat
beapa takut dan khawatirnya ia.

Seseorang menggambarkan keadaan Hasan al-Bashriy, “jika ia datang,
seakan-akan ia datang dari menguburkan teman karibnya. Jika ia duduk,
seakan-akan ia adalah seorang tawanan yang akan dipenggal lehernya. Jika
berbicara tentang neraka, seakan-akan neraka itu hanya diciptakan untuknya.

Zurarah bin Abu Aufa pernah mengimami orang-orang sholat shubuh. Beliau
membaca surat al-Muddatstsir. Ketika sampai pada ayat :” apabila sangkakala
telah ditiup. Hari itulah hari yang teramat susah. (QS. Al-Muddatstsir :
8-9)

Beliau terisak-isak dan lalu meninggal dunia. (lihat al-‘ibar,adz-Dzahabiy
I/109).

Abdullah bin Amr bin ‘Ash bertutur, “Menangislah! Jika tidak bisa maka
usahakan untuk menangis. Demi Alloh, jika salah seorang di antara kalian
benar-benar mengerti, pastilah ia akan berteriak sekeras-kerasnya sampai hilang
suaranya, dan akan sholat sampai patah tulang punggungnya.

Dikutip dari : Tazkiyah an-Nafs (Konsep penyucian jiwa menurut para
Salaf)
Penulis : Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Ibnu Rajab al-Hambali, Imam
Ghazali
Penerbit : Pustaka arafah Solo

Baca Yang Ini Juga Ya...



0 komentar:

Posting Komentar

Adab Berkomentar:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:
“Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga perkara pula.
Allah meridhai kalian bila kalian:
(1) Hanya beribadah kepada Allah semata, (2) Dan tidak mempersekutukan-Nya, (3) Serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya, dan janganlah kalian berpecah belah
Dan Allah membenci kalian bila kalian:
(1) Suka qiila wa qaala (berkata tanpa dasar), (2) Banyak bertanya (yang tidak berfaedah), (3) Menyia-nyiakan harta”
(HR. Muslim no. 1715)

  © Blogger template 'TotuliPink' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP  

;