.


Jumat, 04 Maret 2011

Inilah Bahasa Arab!

Penulis: Ummul Hasan
Pemuraja’ah: Ustadz Abu Salman

Semangat manusia mempelajari “bahasa ibu” suatu bangsa menunjukkan seberapa besar perhatian mereka terhadap bahasa tersebut. Banyaknya jasa kursus bahasa Inggris menunjukkan bahwa banyak orang yang berminat untuk memperdalam bahasa Inggris. Bahasa Inggris telah menjadi “bahasa dunia”, yang seperti menjadi satu “kartu bebas kunjung internasional”. Cobalah kita saksikan, dengan bekal bahasa Inggris seseorang bisa berkunjung ke negara manapun dengan menggunakannya sebagai bahasa komunikasi di sana.Beberapa tahun belakangan ini, mulai lagi muncul tren bahasa Mandarin. Banyak orang yang berbondong-bondong mengikuti kursus bahasa Mandarin. Ada yang mengatakan bahwa bahasa Mandarin adalah bekal kedua–setelah bahasa Inggris–untuk memasuki era globalisasi. Apalagi sepak terjang Cina dalam perdagangan internasional semakin meluas.

Orangtua tak ingin kalah untuk memasukkan anak-anaknya ke berbagai tempat kursus kedua bahasa tersebut. Orang kantoran dan mahasiswa pun tak ingin ketinggalan roda modernisasi. Intinya, banyak orang tak ingin ketinggalan zaman gara-gara tidak menguasai bahasa Inggris ataupun bahasa Cina. Seperti itu pulakah kita kaum muslimah? Lalu, dimanakah kedudukan bahasa Arab di hati kita?

Bahasa Arab, Bahasa Kebanggaan Kaum Muslimin

Jika sesuatu itu memiliki keutamaan, bukankah dia pantas untuk diperebutkan? Tentu saja! Nah, demikianlah bahasa Arab. Sebuah bahasa yang telah Allah jadikan sebagai bahasa al-Quran, kitab yang paling agung dan senantiasa dijaga oleh-Nya ‘Azza wa Jalla sampai kiamat. Dengan demikian, bahasa manakah yang lebih mulia dan lebih utama daripadanya?

Jika seseorang mampu berpayah-payah dalam mempelajari bahasa Inggris, Mandarin, Jerman, atau yang lainnya demi dunia, maka marilah kita bersikap yang jauh lebih baik daripada itu terhadap bahasa Arab. Jika seseorang rela mengeluarkan banyak uang agar sampai ke level bahasa asing yang paling mahir, maka marilah kita bersikap yang jauh lebih baik daripada itu terhadap bahasa Arab.

Bukan Berarti Kita Tidak Boleh Belajar Bahasa Asing Selain Bahasa Arab

Untuk menghindari kerancuan pemahaman dalam permasalahan ini, marilah kita simak penjelasan seorang ulama besar kaum muslimin abad ini, Syekh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah.

(?) Syekh ‘Utsaimin rahimahullah ditanya:
Apakah pendapat Anda jika seorang penuntut ilmu mempelajari bahasa Inggris, terlebih lagi jika dia mempelajarinya untuk berdakwah di jalan Allah?

(+) Syekh ‘Utsaimin menjawab:
Menurut saya, tidak diragukan lagi bahwa mempelajari bahasa Inggris merupakan salah satu sarana, dan sarana tersebut akan menjadi sarana yang baik jika memiliki tujuan yang baik, dan akan menjadi sarana yang membinasakan jika tujuannya buruk. Akan tetapi, yang perlu dihindari adalah menjadikan bahasa Inggris sebagai pengganti bahasa Arab, karena sesungguhnya menggantikan kedudukan bahasa Arab yang merupakan bahasa al-Quran dan juga bahasa yang paling mulia dengan bahasa Inggris adalah sebuah keharaman. Telah diriwayatkan dari salah seorang salaf (yaitu ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu -ed) tentang larangan bercakap-cakap menggunakan bahasa orang kafir. Adapun jika digunakan sebagai sarana dakwah, maka tidak diragukan lagi bahwa terkadang hal tersebut menjadi wajib. Saya pun terkadang berangan-angan seandainya saya mempelajari bahasa Inggris dan pada sebagian waktu aku sangat butuh untuk menggunakan bahasa Inggris, sampai-sampai penerjemah tidak dapat mengungkapkan maksud hati saya secara sempurna. (Kitabul ‘Ilmi, hlm.116)

Anda Semakin Tertarik Belajar Bahasa Arab?

Jika Anda benar-benar tertarik belajar bahasa Arab, kami sarankan agar Anda menentukan sasaran yang ingin Anda tuju. Bisa jadi sasaran tersebut Anda tentukan berdasarkan kebutuhan atau berdasarkan minat. Selanjutnya, fokuslah pada salah satu atau beberapa sub-pelajaran yang dapat memenuhi sasaran tersebut. Untuk permulaan belajar, berikut ini adalah beberapa bidang pelajaran dalam bahasa Arab yang dapat Anda pilih:

(1) Nahwu dan sharaf

Nahwu dan sharaf adalah dua di antara beberapa sub-pelajaran dalam bahasa Arab. Nahwu dan sharaf merupakan pelajaran tentang tata bahasa. Atas pertolongan Allah kemudian dengan bekal keduanya, insya Allah seseorang dapat lebih memahami kandungan Al-Quran dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain itu, kemahiran membaca kitab bahasa Arab yang tanpa harakat (lebih terkenal dengan istilah “kitab gundul”) dapat diperoleh. Karya tulis para ulama yang sarat dengan ilmu sebagian besar ditulis dalam bahasa Arab. Sungguh sayang jika kita tak mampu menggali manfaatnya. Nahwu dan sharaf adalah jembatan menuju ke sana.

Nahwu adalah ilmu yang mempelajari perubahan keadaan akhir suatu kata, contoh:

Dalam suatu teks, susunan huruf محمد memiliki tiga kemungkinan cara baca, yaitu مُحَمَّدٌ (Muhammadun), مُحَمَّدٍ (Muhammadin), atau مُحَمَّدًا (Muhammadan). Jika kita membaca “Muhammadun”, maka fungsi kata tersebut dalam suatu kalimat akan berbeda dengan jika kita membacanya “Muhammadan” atau “Muhammadin”. Perubahan keadaan akhir (harakat atau huruf) suatu kata akan menyebabkan fungsinya dalam kalimat menjadi berbeda, yaitu apakah dia akan menjadi subjek, objek, kata keterangan, atau yang lainnya.

Kata مُسْلِمُوْنَ (muslimun) dan kata مُسْلِمِيْنَ (muslimin) memiliki arti yang sama, namun fungsi yang berbeda dalam suatu kalimat. “Muslimun” dapat berfungsi sebagai subjek, namun tidak dapat berfungsi sebagai objek. Adapun kata “muslimin” dapat berfungsi sebagai objek, tetapi tidak dapat berfungsi sebagai subjek.

Adapun sharaf, dia adalah ilmu yang mempelajari pembentukan kata dan perubahannya karena penambahan atau pengurangan. Contoh: dari kata كَتَبَ (artinya: dia (seorang laki-laki) telah menulis) dapat kita peroleh kata كِتَابٌ (artinya: buku).

(2) Muhaddatsah/Hiwar (Percakapan)
Sasaran muhaddatsah/hiwar adalah untuk meraih kemampuan menggunakan bahasa Arab secara aktif. Pelajaran ini i sya Allah bermanfaat untuk orang-orang yang membutuhkan percakapan sehari-hari dalam bahasa Arab, misalnya orang non-Arab yang akan bermukim di wilayah yang penduduknya berbahasa Arab. Dapat pula bermanfaat bagi orang-orang yang ingin menambah kosakatanya dalam bahasa Arab agar mempermudah pada saat menelaah kitab berbahasa Arab (sehingga tidak perlu sering membuka kamus).

(3) Khath
Sebagaimana dalam bahasa-bahasa lain, dalam bahasa Arab pun terdapat berbagai bentuk keterampilan, yaitu membaca, berbicara, menulis, dan mendengarkan. Khath adalah bidang ilmu yang mengajarkan tata cara menulis aksara-aksara arab (lebih kita kenal dengan istilah “huruf hijaiyyah”), baik pada saat aksara tersebut berdiri sendiri maupun pada saat bersambung dengan aksara lain.

Tetap Ingat yang Satu Ini

Bahasa Arab adalah ilmu yang menjadi sarana untuk memahami cabang-cabang ilmu syariat yang lain. Karena itulah, kita sepatutnya bersungguh-sungguh mengejar ilmu bahasa Arab di jalan mana pun yang mesi ita susuri. Namun, tetaplah ingat bahwa ilmu adalah makanan (bagi jiwa), maka perhatikanlah dari siapa ilmu bahasa Arab kita peroleh. Pilihlah guru yang lurus akidahnya dan bersih pemahamannya tentang Islam. Sungguh banyak orang yang pandai berbahasa Arab, tetapi kepandaiannya itu justru menyesatkannya semakin jauh dari jalan kebenaran, karena ilmu tersebut diperolehnya dari orang-orang yang kelam pandangannya dan sungguh buruk pemahamannya tentang Islam.

Demikianlah sedikit ilmu yang dapat kita jikmati bersama kali ini. Semoga bermanfaat dan beralir berkah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi kita semua.

Saudariku, Belajar bahasa Arab sungguh menyenangkandan bermanfaat. Selamat mencoba.

Maraji’ (referensi):
- Kitabul ‘Ilmi, Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, 1426 H/2005 M, Kairo: Maktabah Islamiyah.
- Qawa’idul Asasiyyah (Cetakan ke-3), 1427 H/2007 M, Beirut: Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah.

***

Artikel muslimah.or.id

Baca Yang Ini Juga Ya...



0 komentar:

Posting Komentar

Adab Berkomentar:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:
“Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga perkara pula.
Allah meridhai kalian bila kalian:
(1) Hanya beribadah kepada Allah semata, (2) Dan tidak mempersekutukan-Nya, (3) Serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya, dan janganlah kalian berpecah belah
Dan Allah membenci kalian bila kalian:
(1) Suka qiila wa qaala (berkata tanpa dasar), (2) Banyak bertanya (yang tidak berfaedah), (3) Menyia-nyiakan harta”
(HR. Muslim no. 1715)

  © Blogger template 'TotuliPink' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP  

;